Museum Malang Tempo Doeloe

Museum Malang Tempoe Doeloe merupakan salah satu museum yang baru saja diresmikan, dan banyak diminati oleh warga Malang. Museum yang terletak di Jalan Gajahmada, Kota Malang ini diresmikan pada 22 Oktober 2012. Museum dengan konsep "new concept modern lived museum", dirancang oleh Dwi Cahyono yang merupakan penggagas acara Malang Tempoe Doeloe.

Pulau Sempu

Pulau Sempu masuk dalam wilayah Kabupaten Malang, tepatnya di Malang selatan, berseberangan dengan Pantai Sendang Biru. berwisata ke Malang belum lengkap kalau tidak mampir ke Pulau Sempu.

Air Terjun Coban Pelangi

Diantara banyaknya wisata air terjun di kota Malang, Coban Pelangi adalah yang terbaik (menurut saya sih, hehehe).. terbaik karena kawasan ini masih begitu alami dan menyajikan pemandangan yang begitu indah.

Rabu, 27 Februari 2013

Pulau Sempu

Pulau Sempu masuk dalam wilayah Kabupaten Malang, tepatnya di Malang selatan, berseberangan dengan Pantai Sendang Biru. berwisata ke Malang belum lengkap kalau tidak mampir ke Pulau Sempu. ya, Pulau Sempu menyajikan panorama alam yang begitu menakjubkan. Pulau Sempu adalah sebuah kawasan konservasi, untuk memasuki Pulau Sempu, sebenarnya pengunjung harus memiliki SIMAKSI [Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi] dari Balai Konservasi Alam [terdekat di Surabaya].

  Pulau Sempu terdapat banyak tempat-tempat menarik untuk di kunjungi, namun yang paling terkenal dan paling sering di kunjungi adalah Segara Anakan. saat akhir pekan atau hari libur biasanya Segara Anakan sangat ramai, puluhan hingga ratusan orang memenuhi danau air asin ini.. tenda-tenda terlihat berjajar sepanjang pesisir Segara Anakan. untuk anda yang benar-benar menikmati keindahan pulau sempu dengan suasana yang tenang dan sepi, saya sarankan untuk berangkat di hari aktif [senin, selasa, rabu].. kalau Segara Anakan lagi sepi kita bisa merasakan sensasi seperti dalam film The Beach nya Leonardo Dicaprio, sebuah pantai yang indah menjadi milik kita seorang.. apalagi jika di Segara Anakan hanya kita dan kelompok kita saja yang ada di sana, tak ada pengunjung lain.. rasanya wahhh.. bener-bener the lost paradise.. ga ada bising kendaraan, ga ada lampu-lampu kota.. hanya suara kita beradu pelan dengan suara ombak, hanya ada cahaya api unggun dikelilingi canda ringan teman-teman.. top markotop dah.. 
 
TRANSPORTASI Menuju Pulau Sempu

1.Transportasi [dari arah Kota Malang]
-dari Terminal Arjosari naik angkutan umum menuju Terminal Gadang [Rp 2.500]
-dari Terminal Gadang naik bus jurusan Dampit dan turun di pasar Turen [Rp 5.000]
-dari Pasar Turen naik angkot jurusan Sendang Biru [Rp 12.000]
-di Sendang Biru setelah mengurusi perijinan anda tinggal menyebrang ke Pulau Sempu dengan menyewa kapal [Rp 100.000 per kapal - antar jemput]
2.Perijinan
SIMAKSI [Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi] dari Balai Konservasi Alam. namun seperti yang tadi saya ceritakan, dalam prakteknya kita hanya datang ke Pos Petugas di Sendang Biru lalu membayar biaya administrasi seikhlasnya.. setelah tanda tangan dan mengucapkan terima kasih kita pun bisa masuk kawasan Pulau Sempu.

Segara Anakan - Pulau Sempu
INFORMASI PULAU SEMPU [Malang]

setelah menyebrang, kita harus berjalan kaki sekitar 2 - 3 jam untuk menuju Segara Anakan. waktu tempuh tersebut bisa berubah tergantung kondisi medan yang di lalui, apabila sedang musim hujan maka medan akan menjadi sangat licin dan penuh lumpur sehingga memerlukan waktu sekitar 4-5 jam untuk menuju Segara Anakan. bahkan seorang teman pernah bercerita harus menempuh waktu selama 9 jam untuk menuju Segara Anakan.
menuju Segara Anakan kita akan melewati hutan rimba, habitat yang sering dijumpai adalah monyet. namun Petugas bilang di Pulau Sempu juga banyak terdapat berbagai jenis ular, dll

Air Terjun Coban Pelangi

Diantara banyaknya wisata air terjun di kota Malang, Coban Pelangi adalah yang terbaik (menurut saya sih, hehehe).. terbaik karena kawasan ini masih begitu alami dan menyajikan pemandangan yang begitu indah. Coban Pelangi berarti Air Terjun Pelangi. ya, coban adalah kata lain dari air terjun, beberapa wisata air terjun di Malang adalah Coban Pelangi, Coban Rondo, Coban Talun, Coban Trisula, dll.. namun Coban Pelangi memiliki keistimewaan sendiri yaitu apabila cuaca sedang cerah kita bisa menikmati keindahan pelangi yang muncul tepat disebelah air terjun. Wisata air terjun Coban Pelangi termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, tepatnya di Gubuk Klakah, Kecamatan Tumpang, Malang. jika kita hendak pergi ke Bromo atau Semeru kita pasti melewati pintu masuk [loket] wisata air terjun Coban Pelangi.


Akses menuju wisata air terjun Coban Pelangi cukup mudah. jika kita menggunakan angkutan umum, rutenya sama dengan tujuan Bromo atau Semeru. dari arah kota Malang, pertama kita menuju terminal Arjosari, lalu naik angkutan umum jalur TA menuju pasar Tumpang, dari pasar tumpang kita bisa menumpang mobil sayur, truk, atau menyewa jeep. jarak Tumpang - Coban Pelangi sekitar15 Km.
tidak seperti wisata air terjun lain di Malang, untuk menikmati keindahan air terjun coban pelangi kita masih harus berjalan kaki sekitar 3-4 Km dari tempat parkir, trek yang di lalui terbilang landai, meskipun ada beberapa tanjakan dan turunan.. pemandangan sepanjang jalan setapak menuju air terjun Coban Pelangi sangat indah dan masih alami. jika anda berwisata kesini, saya sarankan untuk berangkat pagi-pagi, karena jika langit sedang cerah anda akan mendapat kesempatan menyaksikan keindahan pelangi yang muncul tepat di sebelah air terjun, adanya pelangi di sini disebabkan oleh cipratan butir-butit air terjun yang terkena cahaya matahari.
 
 wisata air terjun coban pelangi menyajikan pemandangan alam yang sangat indah dan eksotis, udara segar, dan hawa dingin pegunungan akan menemani kita di tengah keindahan coban pelangi.. udara segar dan hawa dingin di sini memang wajar karena coban pelangi berada di titik yang cukup tinggi dari permukaan laut (saya tidak tahu tepatnya berada di ketinggian berapa, hhhehe.. tp yang jelas coban pelangi berada cukup dekat dengan gunung Bromo)
nah, bagi teman-teman traveler, backpacker, pecinta alam, atau siapapun yang berwisata ke kota Malang, sebaiknya tidak melewatkan keindahan wisata air terjun coban pelangi, bayangkan saja sebuah pemandangan hutan rimba yang masih alami, lalu air terjun setinggi kurang lebih 30 m, ditambah warna-warni pelangi tepat di sebelahnya.. wow, indah sekali kawan.. :). oh ya, satu lagi, jika anda berwisata ke air terjun coban pelangi jangan lupa siapkan baju ganti.. biarpun tidak mandi atau main air, disana nanti anda pasti basah kuyup karena cipratan air terjun yang begitu deras.
 
DINDA NOVIASARI 

Source: http://indiraatmayana.blogspot.com/2012/02/coban-pelangi-menanti-pelangi-dibawah.html

Museum Brawijaya Malang

Ada satu bangunan di kawasan elit Kota Malang yang menarik perhatian sejak kunjungan pertama ke kota ini tiga tahun yang lalu. Minggu kemarin saat bertandang untuk ketiga kalinya, kembali saya melewati bangunan tersebut dalam perjalanan pulang dari rumah saudara yang membuat semakin penasaran untuk melihat dari dekat. Akhirnya hari terakhir di Malang berlima dengan kawan sebelum kembali ke Jakarta, kami sempatkan untuk bertandang ke sana.


Waktu menunjukkan pk 10 lewat saat saya melapor ke petugas di pos penjagaan menanyakan waktu operasional museum. Tulisan besar Museum Brawijaya berwarna merah di bagian atas gedung dan patung Panglima Soedirman seakan memberi salam selamat datang saat kaki menapaki anak tangga menuju museum. Di beranda depan, tampak empat orang petugas berseragam batik masih sibuk menyapu dan mengepel lantai membuat saya bertanya,”Pagi mbak, museumnya belum buka ya?” Si mbak buru-buru mengenakan sepatu yang tadi dilepas, menyambut kami di meja tamu sembari mempersilahkan untuk membayar tiket masuk. Dari seragamnya saya menebak mereka adalah pemandu di museum, sayangnya selama di sana tak ada satupun dari mereka yang menawarkan untuk menenami kami berkeliling. Bahkan mereka terlihat seperti orang baru yang asing di tempat kerja mereka sendiri.
Museum Brawijaya tampak dari depan

 
Brawijaya diambil dari nama Bhre Wijaya (Raden Wijaya) pendiri kerajaan Majapahit. Bhre atau Bra adalah gelar di kerajaan Majapahit yang berarti Agung. Nama yang kemudian diberikan untuk komando wilayah pertahanan di wilayah Jawa Timur yaitu Kodam V Brawijaya. Museum Brawijaya didirikan 4 Mei 1968 di dalamnya menyimpan sebagian dokumentasi perjuangan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada Agresi Militer Belanda I dan II di daerah Jawa Timur hingga saat ini. Ada dua ruangan pamer yang terdapat di dalam museum ini, ruangan di sayap kanan berisi koleksi/dokumentasi TKR dan ruangan di sayap kiri berisi berbagai koleksi maupun dokumentasi tahun 1950 hingga 1990an.
Lukisan yang menggambarkan ketegangan di dekat Jembatan Merah Surabaya saat terbunuhnya Mallaby.
Koleksi senjata yang terbuat dari potongan tiang listrik dan telepon
Di ruang sayap kanan sebuah mobil keluaran De Soto yang merupakan kendaraan dinas Panglima Divisi I Jawa Timur Kolonel Soengkono yang menjabat pada tahun 1948-1950 diparkir di depan pintu masuk. Dokumentasi perjalanan Panglima Besar Soedirman juga mendominasi ruangan ini termasuk buah pikirannya yang digantung di dinding. Di samping itu ada beberapa pucuk pistol yang digantung di dalam lemari terkunci, serta koleksi senjata produksi Mrican, Kediri yang dibuat dari potongan tiang listrik dan tiang telpon dipajang di pojok ruangan. Lalu peristiwa terbunuhnya pemimpin tentara Inggris untuk wilayah Jawa Timur Brigjend Aubertin Mallaby pada 30 Oktober 1945 di dekat Jembatan Merah, Surabaya tergambar di lukisan yang terpampang di atasnya.
Dokumentasi Operasi Trisula yaitu operasi yang digelar dalam rangka penumpasan sisa gembong-gembong PKI di Blitar Selatan tersimpan di ruangan yang berada di sayap kiri. Sebuah batu besar yang digunakan oleh warga untuk menimpuk kepala Oloan Hutapea salah satu gembong PKI yang dicari pun tersimpan di ruangan kaca lengkap dengan reportase penangkapannya. Benda-benda lain yang ikut dipajang adalah beberapa komputer tua, terompet serta beberapa piala. Di halaman belakang museum terdapat sebuah gerbong kereta barang yang menarik perhatian untuk dijadikan tempat foto. Namun begitu membaca tulisan di gerbong, sang kawan yang hendak berfoto mengurungkan niatnya. Tulisan di gerbong itu adalah salah satu diantara 3 gerbong maut yang pernah digunakan oleh Belanda untuk mengangkut 100 tawanan pejuang Indonesia dipindahkan dari penjara Bondowoso ke tahanan Bubutan Surabaya pada 23 November 1947. Gerbong yang pengab dan tidak adanya sirkulasi udara karena pintu dan jendela ditutup rapat menyebabkan 46 orang meninggal, 11 sakit parah, 31 sakit dan 12 orang sehat.
Gerbong maut di halaman museum Brawijaya
Hal lain yang menarik perhatian saya saat berkunjung ke Museum Brawijaya adalah kesan-kesan dari Panglima Angkatan Darat Letnan Jenderal Ahmad Yani yang digantung di samping pintu ruangan sayap kanan serta buah pikiran Panglima Besar Jenderal Soedirman yang saya kutip berikut:
Kekurangan yang terdapat dalam revolusi phisik kita adalah dokumentasi yang faktueel untuk anak cucu kita dikemudian hari. Karena itu saya anjurkan mulai sekarang mumpung pelaku-pelakunya masih hidup untuk in beeld brengen (melukiskan) moment-moment yang bersejarah itu. Saya lihat bahwa beberapa artis-artis kita telah berhasil dalam usaha yang saya maksud kan. Maju Terus Pantang Mundur! - Pangad Letnan Jenderal A. Yani, Surabaya - 17 Des 1964
Jangan bimbang menghadapi macam-macam penderitaan, karena makin dekat cita-cita kita tercapai, makin berat penderitaan yang harus kita alami - Panglima Besar Jend Soedirman
Dari nama besarnya, saya berharap ketika masuk ke museum Brawijaya akan mendapati penataan koleksinya seperti di Museum Polri atau minimal Gedung Joang 45, Jakarta. Sayangnya yang muncul adalah kesan yang sama saat berkunjung ke Museum Mpu Tantular beberapa tahun lalu, bahkan penataan barang koleksi museum di Rumah Sejarah Kalijati masih lebih rapi dan bersih dibandingkan dengan Museum Brawijaya. Semoga ke depannya pengelola museum akan lebih memperhatikan penataan di dalam ruang pamer sehingga walau pun koleksi yang dipajang adalah barang-barang tua, tidak terkesan kumuh. Di samping itu, hal yang juga perlu mendapat perhatian adalah para pemandu yang dibekali dengan pengetahuan yang terkait dengan apa yang hendak ditampilkan sesuai dengan visi misi museum Brawijaya serta harus tanggap dalam melayani pengunjung. Sehingga seturut dengan semboyan di serambi depan museum Citra Uthapana Cakra (= sinar yang membangkitkan kekuatan), maka saya tetap menaruh harapan jika tata ruang serta pencahayaannya diatur sedemikian rupa serta pelayanan pemandu ditingkatkan, bisa dipastikan akan membuat pengunjung terkesan dan memberikan informasi yang bermanfaat kepada sekelilingnya untuk berkunjung ke Museum Brawijaya.

Museum Malang Tempo Doeloe


 Museum Malang Tempoe Doeloe merupakan salah satu museum yang baru saja diresmikan, dan banyak diminati oleh warga Malang. Museum yang terletak di Jalan Gajahmada, Kota Malang ini diresmikan pada 22 Oktober 2012. Museum dengan konsep "new concept modern lived museum", dirancang oleh Dwi Cahyono yang merupakan penggagas acara Malang Tempoe Doeloe.

 Di dalam museum ini terdapat 20 ruang dengan berbagai konsep, kita bakal berjalan melewati rolong waktu dimana kita akan memulai dari sejarah terbentuknya Kota Malang pada 1.500.000 tahun yang lalu hingga memasuki zaman kemerdekaan.

Di ruang awal, kita bakal di suguhi oleh wahana yang memberikan pengetahuan tentang Kota Malang di masa pra sejarah, dimana disana terdapat sebuah miniatur yang menggambarkan cikal bakal terbentuknya wilayah Kota Malang yang diapit oleh beberapa gunung.


Selain itu, terdapat pula arca-arca yang sengaja dikumpulkan oleh Dwi Cahyono sejak beliau duduk di bangku SMA. Museum yang awalnya dirintis sejak tahun 1996 ini, dimulai dengan penyelamatan Arca di daerah (jalan, red) Soekarno-Hatta yang berumur 500-600 tahun. Di dalam wahana ini kita juga bisa melihat film dokumenter dibuat oleh Dwi Cahyono yang memperlihatkan bagaimana terbentuknya wilayah Kota Malang.


Selanjutnya, kita bakal digiring ke masa Kota Malang tahun 760 Masehi, dimana terdapat hutan masa kerajaan Kanjuruhan. Setelah kita melewati hutan masa kerajaan Kanjuruhan, kita bakal di ajak mengenal Kerajaan Singasari. Mungkin sebagian besar sudah sedikit mengetahui tentang kerajaan ini, karena memang sudah sering dibahas dalam pelajaran sejarah saat di sekolah. Di dalamnya terdapat suatu wahana yang memperlihatkan pertapaan Ken Arok saat masih menguasai kerajaan Singasari.Perjalanan berlanjut ke masa kerajaan, dimana dalam ruangan tersebut terdapat berbagai miniatur-miniatur arca-arca, patung, dsb. Tak hanya itu, terdapat berbagai miniatur rumah masa lalu, dilengkapi juga dengan peralatan-peralatan manusia pra sejarah, tempat untuk membuat kendi dari tanah liat, dll. Disini, pengujung di perbolehkan untuk mencoba membuat kerajinan dari tanah liat, lalu mencoba untuk menumbuk jagung dengan alat tradisional, lalu memainkan permainan tradisional dari batok kelapa, dll.

Tak cukup mengenal Kota Malang di masa kerajaan, lanjut ke masa penjajahan atau masa pendudukan Belanda dan Jepang. Ternyata Kota Malang ini berasal dari Kabupaten Pasuruan. Begini ceritanya, Kabupaten Pasuruan di utus oleh Belanda, untuk membuat Kabupaten Malang, lalu Kabupaten Malang diutus oleh pemerintahan Belanda untuk membuat Kota Malang (Ngak nyambung ya, ya udah lupakan :D)

Di dalam ruangan tersebut terdapat arsip-arsip surat untuk pembentukan Kota Malang, lalu peta Malang dimasa lalu dengan sebutan-sebutan masa lalu. Lalu berlanjut ke wahana yang memperlihatkan benda-benda masa lalu, dan nampak juga ada sebuah lambang yang menurut sejarah merupakan lambang kota Malang serta miniatur desain balaikota Malang.

Selanjutnya, kita bakal melewati barisan foto-foto berfigura yang ditata secara rapi di tembok berwarna merah, foto-foto tersebut merupakan foto pemimpin Malang, mulai dari Bupati dari awal hingga sekarang, lalu foto walikota Malang mulai dari yang pertama hingga sekarang. Seusai melewati wahana itu, kita bakal memasuki era penjajahan Jepang.

 Di wahana masa pedudukan jepang, terdapat sebuah penggambaran dimana terdapat penjara yang menurut cerita adalah penjara bagi kaum yang menentang jepang. Lalu, terdapat pula cover majalan dan koran pada masa penjajahan jepang. Hm, ada yang unik disini, selain terdapat alat-alat elektronik masa lalu juga terdapat puluhan topi tentara yang ditempelkan menjulang tinggi di tembok. Setelah itu kita bakal melewati wahana yang mengenalkan kita dengan pembangunan Tugu Kota Malang, dimana waktu itu diresmikan langsung oleh Presiden Soekarno.Terakhir kita bakal diajak melihat berbagai kerajinan masyarakat Kota Malang.

Banyak sejarah Malang yang mungkin bagi penduduk Malang sendiri tidak mengetahui, seperti ketika peristiwa Malang Bumi Hangus, jumlah bangunan yang terbakar sejumlah 1000 bangun, melebihi peristiwa Bandung Lautan Api, salah satu korban dari peristiwa Malang Bumi Hangus adalah dibakarnya gedung Walikota. Tujuan para pejuang Malang saat itu adalah agar infrastruktur tidak dimanfaatkan oleh Belanda ketika melakukan Agresi Militer

Pada awalnya museum ini hendak dibangun di pertokoan Sarinah. Alasan utama ingin dibangunnya museum ini di Sarinah adalah karena pada awal pembentukan kota Malang, pusat pertokoan Sarinah saat ini adalah titik nol pemerintahan Malang. Berdasarkan hal tersebut, maka pendopo awal, bukanlah yang bertempat di depan pertokoan Mitra 2 dan Gajahmada Plaza, melainkan di pertokoan Sarinah saat ini. Malang sendiri pernah mendapat julukan sebagai Malang Kota Garnisum karena tingkat keamanannya.

Untuk mengunjungi museum ini perlu waktu sekitar 1,5 jam, jika perlu guide untuk memberikan informasi yang lebih detail, langsung saja meminta saat pembelian tiket masuk. Harga Tiket Masuk Museum Malang Tempo Doeloe:
  • Pelajar : Rp 10.000,00
  • Warga Malang: Rp 15.000,00
  • Umum: Rp 25.000,00
Museum Malang Tempoe Doeloe ini dibuka mulai jam 08:00 hingga 17:00. Bagi Warga Malang yang ingin mengenal sejarah kota Malang, buruan berkujung ke Museum Malang Tempoe Doeloe agar bisa menambah khazanah berharga melalui kemasan yang elegan dan menarik. Karena identitas suatu bangsa ditentukan oleh karakter dan budaya bangsa itu sendiri.


Jangan mau kalah dengan para bule ini, walaupun orang asing mereka masih punya keinginan untuk mengenal sejarah Kota Malang, selayaknya kita sebagai penduduk pribumi utamanya warga kota Malang  patut mengenal sejarah kota Malang.  

DINDA NOVIASARI

Referensi: http://www.bloggerngalam.com/2012/10/23/museum-malang-tempo-doeloe/

Pemandian Air Hangat Cangar

Tempat Wisata ini terletak di kaki Gunung Welirang. tepatnya di dusun Cangar, desa Sumber Brantas, kecamatan Bumiaji, Kabupaten Malang. [kurang lebih 18 km dari kota Batu]. untuk menuju kawasan wisata pemandian air panas ini, pengunjung harus menggunakan kendaraan pribadi karena tidak ada akses angkutan umum.
Pemandian air panas cangar memiliki beberapa kolam, ada yang hangat, sedikit panas, bahkan sampai yang [lumayan] panas.. :) kolam yang tersedia juga beragam. mulai dari kolam buatan yang dialiri sumber air panas, hingga kolam alami yang terbentuk dari batuan dan tanah.
Selain berendam di air hangat pengunjung juga bisa menikmati kuliner khas cangar yaitu tape ketan dan air tape. udara dingin pegunungan membuat kita bisa berlama-lama berendam di kolam hangat sambil menikmati kuliner tersebut.
Pemandian air panas cangar merupakan kawasan yang masih alami, sepanjang perjalanan menuju kawasan ini kita akan menikmati panorama alam yang menakjubkan berupa hamparan hijau ladang penduduk dan hutan-hutan lebat kaki gunung welirang. di wisata air panas cangar sendiri masih banyak monyet-monyet hutan yang berkeliaran di pohon sekitar pemandian. dan jika kita menjelajah ke sisi-sisi hutan di sekitar pemandian ini kita akan menemukan banyak situs-situs sejarah berupa goa peninggalan zaman jepang. selain sebagai tempat wisata pemandian air panas, kawasan ini juga sering dijadikan sebagai bumi perkemahan pramuka.

Pemandian air panas cangar juga berkhasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit.. ini dikarenakan Cangar terletak di kaki gunung welirang, dan sumber air panas disini mengandung zat belerang yang baik untuk kesehatan kulit. fasilitas yang di sediakan di pemandian ini cukup memadai, namun adanya perawatan dan pengembangan lebih lanjut masih sangat diperlukan.

DINDA NOVIASARI